Category Archive Info

Bywidyawan

Spam: Sampah Informasi

Spam merupakan masalah utama di dunia per-email-an. Di tahun 2013 diperkirakan dari sekitar 500 milyar email yg dikirim perhari, 80% nya adalah spam atau 400M/hari! Jumlah sampah informasi yang masif.

Sudah ada teknologi anti-spam untuk membantu menyaringnya. Walau begitu, secara rata2 masih ada sekitar 20% yang masuk ke email pengguna. Anti spam memang tidak sempurna, tapi user bisa membantu untuk memperbaiki kinerjanya. Hal ini dikarenakan anti spam bisa dilatih.

Bila ada spam masuk ke mailbox, maka bisa ditandai (mark) sebagai ‘spam’. Atau ada email beneran yang dimasukkan sebagai spam, bisa ditandai sebagai ‘not spam‘ atau dipindahkan ke inbox. Spam filter umumnya menggunakan Bayesian probability. Semakin banyak dilatih, maka akan semakin baik performanya. Practice make perfect.

Selama mengamati kinerja anti-spam milik UGM beberapa bulan terakhir, banyak email berasal dari domain milik universitas yang akan dikategorikan sebagai spam. Termasuk domain dari bbrapa PT ternama di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Dari beberapa universitas di eropa pun begitu. Artinya, beberapa akun dari domain universitas tersebut pernah/sering digunakan untuk mengirimkan spam.

Email dari UGM juga bukannya imun. Beberapa user sering mengeluhkan email yang dikirim bounching/ditolak. Hal ini dikarenakan ada user UGM yg akunnya terbajak, dan digunakan untuk mengirimkan spam. Akibatnya reputasi domain ugm.ac.id menjadi terpengaruh dan oleh server penerima ditolak. Ibarat akibat nila setitik rusak susu sebelanga.

Bagaimana mencegah akun supaya tidak terbajak? Pertama, gunakan password yang aman (kombinasi huruf besar/kecil & angka, semakin banyak karakter juga semakin aman). Kedua, waspada terhadap website phising, yang berniat membajak login kita.

Tapi secanggih apapun anti spam yang digunakan, mereka tetap mesin yang kemampuannya terbatas. Otak, pikiran dan pengalaman manusia tetap merupakan filter terbaik. Jadi, tetap percayakan pada common sense anda dalam menghadapi spam yang ada.

Lihat video ini juga tentang tutorial anti spam.

Bywidyawan

UGM Gone Google

Seperti tertulis di post sebelumnya, UGM berusaha meningkatkan kualitas beberapa layanan TI dasarnya (jaringan, Internet, email). Kualitas layanan dasar ini merupakan pondasi untuk ber-inovasi dibidang TI lainnya.

Email merupakan salah satu layanan utama yang paling banyak digunakan. Selama masa2 awal di PSDI, saya mendengar beberapa hal yang sering dikeluhkan ttg email seperti spam, bouncing, keterbatasan kuota dan email yang sering terlambat sampai. Sebenarnya keterbatasan diatas bisa ditangani dengan user yang lebih pro-aktif, seperti rajin mendelete mailbox nya, menggunakan POP3, menggunakan password yang sulit dibajak dll. Tapi seperti layaknya penggunaan teknologi yang lain, edukasi merupakan hal yang tidak mudah dan tidak murah (waktu, tenaga dan juga biaya). Kesulitan akan bertambah bila yang diedukasi adalah dosen ;). Selain itu, user punya benchmark layanan email seperti Yahoo, Gmail, Hotmail dll.

Ditengah keinginan untuk terus berinovasi ditengah keterbatasan yang ada, tawaran penggunaan Google Apps for Education menjadi menarik. Mereka menawarkan layanan email menggunakan server dan anti spam mereka, juga kapasitas yang besar (sampai 30 Gb), dan layanan yang lain (Drive, Hangout, Calendar dll).

Namun demikian, salah satu hal yang terbersit ketika mendengar penawaran dari representatif Google adalah tentang kepemilikan data dan privacy. Pengguna biasanya khawatir tentang 2 hal utama tersebut.

Dari diskusi terungkap bahwa Google, dalam term & condition nyamenjamin 2 hal tersebut: data tetap milik pengguna dan privacy dilindungi. Hal ini terlihat dengan tidak adanya data mining  & tidak ada iklan di email.

Dengan menimbang segala kelebihan dan kekurangannya akhirnya diputuskan untuk menggunakan GApps di UGM semenjak maret 2013. Diantara universitas besar di Indonesia, UGM termasuk pelopor yang berani. Sampai tulisan ini dibuat, banyak pengguna yang mengapresiasi langkah tersebut, dan ribuan civitas akademika menggunakannya. Bila pengguna komersial membayar sekitar $50/tahun/user, maka dengan 100.000 akun yg diberikan free ke UGM, maka kerjasama ini bernilai 100.000 x $50/tahun = $5 juta ~ 50 milyar rupiah/tahun !

Secara teknis, salah satu yang membedakan implementasi dgn yg lain adalah server email existing di UGM  tetap dijalankan. Email yang diterima akan dikirim ganda. Sehingga bisa dikatakan sistemnya adalah hybrid cloud. Dengan redundasi tentunya akan meningkatkan kehandalan.

Enjoy!

Note: untuk mengakses GApps, login di http://ugmail.ugm.ac.id.

Bywidyawan

Layanan Teknologi Informasi UGM

Sejak berubah kelembagaan 2012, layanan PSDI (dulu PPTIK) bertambah ragamnya. Tadinya tanggung jawab utamanya memberikan layanan Internet dan aplikasi TI (email, web, VOIP dll), sekarang juga mengelola Sistem Informasi (SI) di UGM. Pengembangan SI termasuk development dan juga integrasi sistem2 yang ada.

Memberikan layanan Teknologi Informasi untuk universitas sebesar UGM itu susah-susah gampang.  Ada 60.000 mahasiswa (terbesar se Indonesia), 2500+ dosen, dan 4000+ staff karyawan. Diantara itu semua, memuaskan dosen, mungkin itu yang paling susah :).

Ketika diminta menahkodai PSDI, saya memulainya dengan mengkategorisasi layanan TI di UGM. Layanan dasar, yaitu jaringan dan Internet.  Layanan aplikasi, seperti email & web. Layanan inovasi, seperti Sistem Informasi.

Layanan dasar merupakan layanan yang kritis, putus dalam hitungan detik saja semua user tahu dan biasanya langsung bereaksi dan mengeluh. Internet juga sudah merupakan layanan yang take it for granted, atau normalnya ada. Akibatnya diperlakukan mirip listrik PLN, ketika lancar tidak ada yang mengapresiasi, ketika macet banyak yang notifikasi :D.

Email merupakan salah satu layanan aplikasi TI yang sangat penting. Email merupakan alat komunikasi utama dosen di dunia maya. Gangguan layanan selama beberapa saat (orde menit-jam), maka akan terasa. Permasalahan utama lain adalah spam. Tidak hanya mailbox user yang kemasukan spam, tapi juga akun yang terbajak yang kemudian digunakan untuk mengirimkan spam.

Dua layanan utama diatas harus distabilisasi agar UGM bisa melangkah ke penyediaan layanan yang lebih inovatif (web, sistem informasi dll).

Untuk meningkatkan kehandalan Internet, UGM melanggan 2 ISP yang berbeda: Telkom dan Lintas Artha. Satu provider merupakan backup yang lain. Selain itu masing2 provider menyediakan 3 jalur berbeda: 1 jalur internasional, 1 jalur nasional IIX (Indonesia Internet Exchange) dan CDN (Content Delivery Network untuk akses You Tube).

Langganan bandwidth  juga ditingkatkan seperti gambar dibawah.

 

 

 

 

 

 

Pada saat tulisan ini dibuat, posisi bandwidth di UGM adalah 800 Mbps. Banyak yang mengapresiasi peningkatan bandwidth ini secara pribadi, sangat menyenangkan tentunya 🙂

Selain itu UGM juga sedang dalam tahap membangun jalur redundan Fiber Optic di lingkungan kampus. Kita sudah mempunyai jaringan FO, tapi sudah cukup berumur (12 tahun), sehingga membutuhkan peremajaan dan backup. Peta jalur redundan bisa dilihat pada gambar dibawah.

 

 

 

 

 

 

Untuk meningkatkan kehandalan layanan email, tunggu tulisan berikutnya yang menceritakan kerjasama dengan Google.

Bywidyawan

Studi Banding Layanan TI di University of Groningen

Pada akhir tahun 2012, saya berkesempatan untuk mengunjungi negeri Belanda. Kunjungan ini dalam rangka penelitian bersama seorang Professor di RuG (University of Groningen).

Selain nge-lab dan diskusi dengan peneliti dan kandidat PhD, saya menyempatkan diri untuk melakukan studi banding di IT Centre-nya yang bermarkas di gedung Zernikeburg. Ditemui oleh CTO nya, dia bercerita dari berbagai hal, dari jaringan, software sampai email.

Di Belanda, terdapat jaringan yang menghubungkan semua Universitas yang ada. Surfnet, nama jaringan tersebut, dikelola oleh pemerintah, semacam Dikti-nya Indonesia. Surfnet melanggan Internet yang kemudian didistribusikan kepada Universitas anggotanya. Dengan demikian, mereka bisa mendapat harga yang miring karena beli partai besar. Sebagai contoh RuG melanggan bandwidth sebesar 10 Gbps dengan harga euro 300,000 atau setara 3M rupiah. Di Indonesia uang yang sama hanya cukup untuk 200 Mbps.

Backbone di RuG mempunyai kapasitas 10Gbps, dengan masing-masing gedung sampai ke PC sebesar 1 Gbps. Tahun depan kapasitas backbone dan bandwidth akan ditingkatkan menjadi 100 Gbps.
Sepertinya bandwidth diatas merupakan angka yang sangat besar, tapi ternyata itu hanya dibayar sebesar biaya untuk bayar bandwidth di UGM !!

Selain itu lisensi software dan anti-spam filter dilanggan oleh Surfnet. Universitas tinggal menggunakan. Email server yang digunakan merupakan produk Sun, tapi tahun depan bersama dengan 10 universitas top di Belanda lainnya mereka akan menggunakan Google Apps for Education. Firewall yang digunakan produk dari Palo Alto (seharga 120K) dan LANguardian untuk mendeteksi adanya virus di jaringan.

IT centre di RuG melayani 30000 mahasiswa dan 6000 staf. Untuk menangani itu semua mereka mempekerjakan 200 orang dengan 50 orang diantaranya adalah bagian helpdesk. Anggaran mereka 20 juta euro/tahun atau setara dengan lebih dari 200 M rupiah.

Sinergi dan integrasi antar pelaku TI sangat diperlukan. Bila universitas di Indonesia dan dikti bisa memberdayakan jaringan antar Univ. (Inherent) yang dipunyai, maka kita akan mempunyai daya tawar yang lebih baik. Hal itu akan berimbas pada turunnya harga bandwidth sehingga meningkatkan akses dan penetrasi Internet di Indonesia. Bandwidth di Indonesia sebenarnya sudah turun dibanding beberapa tahun lalu, tapi seharusnya bisa lebih muraaah lagi.

Kesungguhan pelayanan TI juga bisa dilihat dari besarnya alokasi SDM dan besaran anggaran. Seperti pepatah Jawa, jer basuki mawa beya :).

Bywidyawan

Kolesterol dan Pelamar Kerja

Hari ini saya mewakili Ketua Jurusan T.Elektro & Teknologi Informasi (JTETI) UGM menemani pak Dekan berkunjung ke PT PLN dan Pertamina Pusat di Jakarta. Rombongan ini cukup besar, karena semua Ketua Jurusan di F. Teknik UGM ikut serta. Selain untuk promosi ujian masuk, kunjungan ini juga dimaksudkan untuk penjajagan kerjasama lebih lanjut baik dgn Pertamina maupun PLN.

Dalam sambutannya, tuan rumah PLN menyebutkan kegembiraan atas kehadiran rombongan kami, terlebih karena selama ini rekruitmen masuk PLN pada tahun 2010 sebagian besar berasal dari JTETI dan FE UGM. Namun beliau juga menceritakan fakta yg cukup menarik, kalau tidak mengejutkan.

Sebagian besar kegagalan calon pelamar ke PLN (dan juga Pertamina) bukan karena masalah akademis, tapi justru masalah kesehatan. Yg dimaksud dengan kesehatan disini adalah kadar kolesterol pada pelamar! Angka kegagalan ini berkisar sekitar 60%. Dan fenomena ini tdk hanya terjadi di Yogya saja (58%), tapi juga mahasiswa di Surabaya (62%) dan Bandung (55%).

Permasalahan kolesterol tinggi, yg dulu biasanya dianalogikan sbg penyakit elit (artinya penderitanya umumnya kalangan berduit), sekarang sudah menjangkiti mahasiswa juga (yg normalnya uangnya tidak sebanyak yg sudah bekerja). Berbagai analisis dadakan muncul di forum, kenapa tingkat kesehatan mahasiswa menjadi menurun.

Terlalu banyak makan warung kucing, makan gorengan, terlalu banyak makan indomie atau kurang tidur mgkin bisa jadi penyebab. Terlalu banyak didepan komputer, merokok atau kurangnya aktivitas fisik bisa jadi pemicu yang lain. Memang usia muda kadang2 membuat kita merasa seolah2 tubuh ini bisa diperlakukan agak ‘semena2′.

Inti semuanya adalah kurang baiknya pola makan dan pola hidup.

Bagaimana untuk mengatasi itu semua? Saya memang bukan pakar kesehatan, tapi sudah banyak artikel di koran/majalah yg menyebutkan perlunya menjaga makanan dgn gizi seimbang dan perlunya aktifitas fisik yg cukup. Kurangi naik mobil/motor dan perbanyak jalan kaki dikampus. Kurangi melotot di depan laptop (terutama untuk main game dan facebook) dan gantikan dengan berolah raga mgkin salah satu obatnya.

Ada juga celutukan untuk menjadikan olah raga sebagai mata kuliah di Universitas (meniru salah satu univ. di Bandung).

Yg jelas ternyata IP bukan satu2nya, kadar HDL/LDL pun sekarang ikut menentukan pekerjaan anda :)

Tabik